Palestina, Taufanul Aqsho, dan Peran Mohammad Natsir
A. Profil Negara Palestina
1. Palestina dalam Al-Qur’an dan Hadist
Al-Qur’an memaparkan bahwa tanah Palestina merupkan tanah yang diberkahi sebagaimana yang terdapat dalam surat Al-Araf ayat 137
وَاَوْرَثْنَا الْقَوْمَ الَّذِيْنَ كَانُوْا يُسْتَضْعَفُوْنَ مَشَارِقَ الْاَرْضِ وَمَغَارِبَهَا الَّتِيْ بٰرَكْنَا فِيْهَاۗ وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ الْحُسْنٰى عَلٰى بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَۙ بِمَا صَبَرُوْاۗ وَدَمَّرْنَا مَا كَانَ يَصْنَعُ فِرْعَوْنُ وَقَوْمُهٗ وَمَا كَانُوْا يَعْرِشُوْنَ
“Kami wariskan kepada kaum yang tertindas itu, bumi bagian timur dan bagian baratnya yang telah Kami berkahi. (Dengan demikian) telah sempurnalah firman Tuhanmu yang baik itu (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Kami hancurkan apapun yang telah dibuat Fir'aun dan kaumnya dan apapun yang telah mereka bangun.” (QS. Al-Araf: 137)
Didalam Al-Qur’an, istilah nama ‘Palestina’ tidak disebutkan secara langsung, tetapi dengan beberapa nama seperti pada ayat diatas disebutkan nama Masyârikul Ardh (bumi bagian timur), sedangkan pada surat Al-Maidah ayat 21 disebutkan nama Al-Ardhul Muqoddasah, pada surat Al-Isra` disebut dengan nama Masjidil Aqsha, kemudian dalam ayat lainnya juga disebutkan nama Wadil Muqoddasi Tuwa, Hadzihil Qoryata, Al-Ardhil-Latî Bâraknâ Fîhâ. Allah Ta’ala berkahi tanah Palestina dengan pepohonannya yang banyak, kebun-kebunnya yang subur, dan sungai-sungainya yang mengalir. Allah Ta’ala berkahi juga dengan keberadaan Masjidil Aqsa di dalamnya, pahala salat di dalamnya berlipat ganda dan adanya anjuran untuk berkeinginan kuat pergi ke masjid tersebut semata-mata dengan tujuan beribadah dan salat di dalamnya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
إِذَا فَسَدَ أَهْلُ الشّامِ فَلا خَيْرَ فِيكُمْ
“Jika penduduk Syam rusak agamanya, maka tidak akan tersisa kebaikan di tengah kalian.” (HR. Tirmidzi no. 2192)
Demikian pula dalam Hadist, nama Palestina tidak disebutkan secara gamblang, namun dengan istilah seperti Bilad Asy-Syam (bumi Syam) dan Al-Maghrib (Timur). Rusaknya agama penduduk Syam adalah pertanda rusaknya umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Merekalah benteng terakhir kebaikan agama kaum muslimin.
2. Profil dan Sejarah Palestina
Negara Palestina (دولة فلسطين / Dawlat Filastin) adalah sebuah negara yang terletak di Timur Tengah, di antara Laut Tengah dan Sungai Yordania. Status politiknya masih menjadi perdebatan. Sebagian besar negara di dunia, termasuk anggota OKI, Liga Arab, Gerakan Non-Blok, dan ASEAN, telah mengakui keberadaan Palestina. Saat ini, wilayah Palestina terbagi menjadi dua entitas politik, yaitu Wilayah Pendudukan Israel dan Otoritas Nasional Palestina. Deklarasi Kemerdekaan Palestina diumumkan pada 15 November 1988 di Aljazair oleh Dewan Nasional Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).
Wilayah Palestina berada di lokasi strategis antara Mesir, Suriah, dan Jazirah Arab, dan memiliki sejarah panjang. Batas-batas wilayah ini telah berubah sepanjang sejarah, dan terakhir kali ditetapkan pada zaman modern melalui Persetujuan Batas Perancis-Britania (1920) dan Nota Transyordania (16 September 1922) selama periode Mandat Palestina.
Palestina merupakan bagian tenggara dari kawasan geografis besar di belahan timur dunia Arab yang dikenal sebagai negeri Syam, yang juga meliputi Lebanon, Suriah, dan Yordania. Awalnya, negara-negara ini memiliki perbatasan kolektif di luar perbatasannya dengan Mesir. Perbatasan dengan Yordania dimulai di wilayah selatan Danau Tiberias pada pertemuan Sungai Yarmouk, kemudian mengikuti aliran Sungai Yordania. Dari mata air Sungai Yordan, perbatasan ini mengarah ke selatan, membelah Laut Mati secara geometris dan berlanjut melalui Lembah Araba hingga mencapai daerah Aqaba. Berikut tabel mengenai pemerintahan negara Palestina yang diambil dari website Kementrian Luar Negeri Indonesia,
Nama Negara: Palestina
Ibukota Negara: Yerusalem
Kepala Negara: Mahmoud Abbas
Kepala Pemerintahan: PM Rami Hamdallah
Menteri Luar Negeri: Riyad al-Malki
Penduduk: 4.295 juta jiwa (2016)
Mata Uang: Shekel
GDP: U$$ 12,74 miliar (2014, Bank Dunia)
GDP per kapita (PPP): U$$ 3.060 (2014, Bank Dunia)
Pertumbuhan Ekonomi: 2,1% (Palestinian Central Bureau of Statistics, 2013)
Hubungan Diplomatik: 19 Oktober 1989
Perwakilan Diplomatik: Duta Besar RI untuk Yordania merangkap Negara Palestina, H.E. Ade Padmo Sarwono
Data Perdagangan Bilateral (Sumber: Kementerian Perdagangan Republik Indonesia)
Volume perdagangan: 2015 : US$ 3,6 juta
2014 : US$ 1,0 juta
2013 : US$ 553,8 ribu
Neraca Perdagangan
2015 : + US$ 3,3 juta
2014 : + US$ 808,1 ribu
2013 : + US$ 181,7 ribu
Ekspor Utama RI ke Palestina: Textile and garment, footwear, wood product, mineral products, stone and glass product, paper, food and beverage, plastic and rubber, furniture
Impor Utama RI dari Palestina: Stone and glass, vegeTabel product, textile
Jumlah WNI: ± 10 jiwa
Konflik yang terjadi di Palestina saat ini adalah salah satu konflik terpanjang dan paling kompleks di dunia yang melibatkan berbagai pihak internasional dan regional. Palestina, yang awalnya berada di bawah kekuasaan Turki Utsmani, kemudian jatuh ke tangan Inggris pada tahun 1917 setelah Perang Dunia I. Inggris kemudian memberikan sebagian tanah Palestina kepada Yahudi, yang memproklamasikan berdirinya negara Israel pada 15 Mei 1948. Sejak itu, konflik ini menjadi isu sentral dalam politik Timur Tengah dan dunia Islam, terutama mengingat keterkaitan emosional dan historis umat Islam dengan Palestina.
Konflik antara Palestina dan Israel pecah pada tahun 1948 setelah diproklamasikan berdirinya Negara Israel (ditanah Palestina) setelah mendapatkan mandat dari Penjajah Inggris yang menguasai tanah bekas kekuasaan Turki Usmani, dan langsung diakui oleh Amerika Serikat dalam selang waktu yang singkat. Tentu saja, negara-negara Arab tidak menerima hal tersebut, hingga terjadilah perang selama 6 hari antara Israel dan negara-negara Arab pada tahun 1967 tepatnya tanggal 5-10 Juni, dengan hasil yang mengecewakan negara-negara Arab, yaitu dimenangkan oleh Israel yang berhasil mencaplok tanah-tanah Pelestina diantaranya Yerussalem Timur, Dataran Tinggi Golan, Tepi Barat, Semanjung Sinai, dan bahkan Jalur Gaza.
Pada 1973 terjadi kembali perang yang dinamakan Yom Kippur, pada perang ini seluruh wilayah Palestina sudah direbut oleh Israel dan mengklaimnya sebagai wilayah Israel, termasuk didalamnya meliputi Tepi Barat dan daerah Gaza, walaupun telah direncanakan akan menjadi wilayah Negara Palestina oleh para pemimpin Arab. Konflik Palestina-Israel ini terus berkembang karena kedua pihak tetap bersikeras untuk saling mempertahankan wilayah masing-masing. Konflik tersebut diikuti dengan perang-perang kecil yang berbuntut pada konflik antar bangsa, tidak hanya antara bangsa Yahudi dengan bangsa Palestina tetapi secara keseluruhan terjadi perang Arab-Israel.
B. Solidaritas Dunia Islam dan Peran Mohammad Natsir
Menurut Mohammad Natsir, persoalan Palestina ini sebenarnya merupakan persoalan yang sederhana sekali, yakni “ada satu bangsa jang diusir oleh bangsa lain”, bukankah itu sangat sederhana? “mereka diusir dari rumah tangganja sendiri, kemudian didjadjah. Sesudah didjadjah, rumahnja diduduki atau rumahnja dibongkar.”
Apalagi penjajahan itu disengaja atas alasan unsur agama. Benar saja, sumber titik tolaknya adalah ajaran agama Yahudi itu sendiri. Mereka yakin benar bahwa wilayah itu kepunyaan mereka, sehingga mereka harus kembali kesana. Mereka akan mengadakan ‘Kuil Haikal’ di Palestina, menggantikan Masjidil Aqsa. Karena mereka menganggap Masjidil Aqsa sebagai duri dalam daging bagi mereka, karena itu mereka ingin menghancurkannya. Hal ini nukan buatan sekaran saja, tetapi telah sejak didirikan Zionisme, inilah yang menjadi batu semangat pendorong bagi kaum Yahudi, sebagaimana yang telah digariskan pada Kongres Zionist sedunia di Basel pada abad ke-17, tepatya tahun 1897. Mereka telah melakukan satu demi satu, selangkah demi selangkah dalam masa 60-70 tahun. Jadi, persoalan Palestina bukanlah semata-mata ingin memiliki sepotong tanah, karena tanah lain masih banyak, bahkan lebih luas dan subur dari daerah itu. Pak Natsir juga menambahkan, Yahudi selain mengambil tanah dan merebut Masjidi Aqsa, masalah palestina juga dibuat untuk menghancurkan umat Islam, bahkan bukan hanya oleh Yahudi saja, tetapi juga oleh orang-orang yang hendak memakai nama Yahudi untuk menikam Islam dari pusatnya sendiri.
Dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina, pak Natsir memandang konflik pada 5 Juni 1967 (perang 6 hari) diatas bukan hanya sekedar sebuah kejadian eksplosif saja, sehingga kita dapat bersikap masa bodoh dan menganggapnya sebagai masalah regional atau lokal saja, tidak demikian. Persoalan Palestina adalah soal Islam dan soal ummatnya. Karena jikalau kita menganggap konflik ini soal lokal, kemudian tertidur, maka jangan terkejut kalau di Asia Tenggara ini muncul pula markas Zionis yang dekat sekali dengan kita ini.
Kalau ummat islam hendak membentengi diri dari semua itu, maka ketahuilah bahwa kita hanya bisa menghadapi itu dengan Aqidah Islamiyyah. Tetapi bukan aqidah islamiyah yang di bawah bibir sedangkan kosong daripada amal, akan tetapi aqidah yang beramal, yang inter-Islamic sekurang-kurangnya, kalau tidak internasional. Oleh karena itulah kita harus melihat, bahwa soal Palestina itu bukanlah perkara lokal, bukanlah perkaranya orang Arab, nukanlah semata-mata perkara teritorial, tetapi hal ini adalah persoalan Islam dan ummat Islam seluruhnya.
Dalam sebuah cita-cita yang menjadi kenyataan, pak Natsir mendapatkan undangan Mu’tamar ‘Alam Islamy oleh teman-teman sesama Islamic front yang bernama Djama’atul Islamijah. Pada undangan tersebut mereka mendapat kesempatan untuk berkeliling melihat-lihat keadaan pengungsi-pengungsi yang ada disana yang nyatanya berjumlah 170.000 orang bertebaran dalam tenda-tenda setelah menyebrang sungai Jordan.
Dalam kunjungan itu, pak Natsir merasa sedih Sebagaimana yang terlihat, para pengungsi itu tinggal dibalik berbagai jenis tenda, ada yang bagus dari kero, pakai pipa, pakai dinding ibarat rumah, tenda bermerek Iran yg menunjukkan bantuan dari Iran, ada juga Pakistan, Turki, India. Namun sedihnya, tidak terlihat merek Indonesia dibalik merek-merek mereka.
Muktamar Alam Islamy diadakan di Amman atas dorongan keinginan untuk mengadakan pertukaran pikiran maupun fakta. Muktamar Alam Islamy diadakan secara mendadak dengan persiapan seadanya seperti kongres darurat, tetapi dikunjungi sekitar tujuh puluh anggota yang datang dari 21 negara, semuanya hadir hingga lima hari lamanya kongres itu. Kongres itu meletakkan dasar-dasar perjuangan ummat Islam di masa depan, khususnya dalam menghadapi Zionis Israel. Dan pada umumnya mengenai ummat Islam yang bertebaran diseluruh dunia ini. Diantara keputusan dalam kongres tersebut ialah,
Disepakati dan disetujui bahwa persoalan umat Islam, bukan persoalan lokal, “kal jasadil wahid”.
Menyerukan kepada semua pemerintah Islam atau pemerintah dengan mayoritas Islam supaya bersama-sama menghadapi segala persoalan yg dapat dipersamakan.
Supaya jangan kita lerlampau melihat ke kiri dan kanan, sehingga melupakan kemampuan dalam diri sendiri
Menyerukan kepada seluruh umat Islam agar sadar sedang berada di tengah-tengah lawan yang meyusun tenaga, dan supaya menghentikan percekcokan antara kita masing-masing berdasarkan prinsip Ukhuwah Islamiyah
C. Perjuangan Mendapatkan Status Negara
Dalam memperjuangkan kemerdekaannya, Palestina telah melakukan proses internal bersama Israel melalui upaya perundingan, berbagai upaya proses perundingan damai telah dilakukan, yaitu Camp David I (1979), Perjanjian Oslo I (13 September 1993), Perjanjian Kairo (1994), Perjanjian Oslo II (28 September 1995), Kesepakatan Hebron (1997), Wye River Agreement (1998), Sharm elSheikh di Mesir (1999), Camp David II (2000), hingga Konsep Peta Jalan Damai (Road Map).
Dalam beberapa perundingan tersebut seringkali sikap Israel yang mangkir dalam melaksanakan isi perundingan. Mantan Menteri Luar Negeri AS James Baker -sebagai penengah dari Palestina dan Israel- mengatakan bahwa perdamaian dapat muncul di Timur Tengah hanya jika semua pihak dalam konflik itu menghendakinya. Namun Israel dengan jelas menunjukkan secara konsisten lebih memilih tanah daripada perdamaian. Sebagaimana dikatakan oleh Perdana Menteri Israel pertama David Ben Gurion bahwa “perdamaian memang penting tetapi tidak untuk ditukar dengan harga berapa pun”. Itulah prinsip yang menuntun setiap pemimpin Israel setelahnya, padahal pimpinan Palestina mengatakan bahwa Palestina selalu benar-benar siap untuk melakukan perundingan dengan Israel. Dengan demikian Palestina yang dipimpin oleh Mahmoud Abbas mengubah strategi perjuangan kemerdekaan Palestina dengan mengajukan permohonan sebagai anggota penuh (Full Mamber) ke PBB.
Selama ini keberadaan Palestina di PBB hanyalah sebagai peninjau (observer). Bahkan bukan sebagai sebuah negara, tetapi berbentuk sebuah gerakan yang disebut sebagai Organisasi Pembebasan Palestina (Palestine Liberation Organization (PLO)). Ada tiga organ PBB yang terlibat dalam penerimaan Palestina sebagai anggota PBB yakni Sekretariat Jenderal, DK, dan MU. Sekretariat Jenderal adalah organ yang menerima surat permohonan. Surat permohonan ini diteruskan ke DK yang selanjutnya akan menyampaikan rekomendasi ke MU. Di sinilah permasalahan muncul. Ini mengingat meski sembilan dari 15 anggota DK menyetujui rekomendasi, bila ada satu anggota tetap yang melaksanakan hak vetonya, rekomendasi akan kandas. Berarti kandas pula keinginan Palestina menjadi anggota tetap. Hal tersebut bergantung kepada sikap dari Amerika Serikat dan negara-negara yang memiliki hak veto di Dewan Keamanan (DK) PBB.
Palestina tetap optimis dan berjuang untuk mendapatkan kedaulatannya, sehingga pada 29 November 2012 dalam sidang Majelis Umum PBB di New York, Palestina memperoleh suara bulat dalam voting yang digelar terkait resolusi peningkatan status Palestina di PBB, dalam voting tersebut Palestina mendapat dukungan mayoritas yakni 138 negara anggota majelis umum PBB. Sementara hanya 9 negara anggota yang menolak dan sisanya, 41 negara menyatakan abstain dalam voting yang digelar. Sehingga berhasil merubah status negara Palestina dari Entitas Pemantau kepada status baru Negara Pemantau Non-Anggota.
D. Operasi Taufanul Aqsha (Badai Al-Aqsha)
Pada 07 Oktober 2023, terjadi sebuah serangan mengejutkan yang dilakukan oleh Gerakan Perlawanan Islam / Harakah Al-Muqawamah Al-Islamiyyah (Hamas). Serangan ini disebut sebagai Operasi Taufan (Badai) Al-Aqsha dan berhasil memukul mundur kekuatan penjajah Zionis dan merupakan perang paling serius dan paling mematikan yang dilakukan Hamas.
Hamas menegaskan, serangan ini terjadi karena Israel mengabaikan peringatan untuk tidak menodai kesucian Masjid Al-Aqsha dan membunuh warga Palestina. Sebelumnya, selama 16 tahun, warga Gaza menghadapi penindasan, pembatasan, dan pembunuhan akibat blokade kolonial, sehingga 80% dari mereka hidup dalam kemiskinan, krisis air, sinitasi akut, bahkan kehilangan anggota keluarganya akibat serangan rudal dan roket penjajah. Al-Jazeera mencatat sejak tahun 2008 hingga 2023, sebanyak 6.407 warga dan kelompok perjuangan palestina tewas di tangan rezim penjajah. Sangat jauh jika dibandingkan dengan pihak penjajah Zionis yang mayoritasnya adalah personil militer yaitu sejumlah 308 orang.
Ingat peristiwa pada malam awal bulan suci Ramadhan pada 13 April 2021, pejabat Wakaf Islam Yerusalem mengatakan “Polisi kolonial Israel memasuki kompleks Masjidil Aqsha dan memutuskan kabel pengeras suara yang digunakan untuk menyiarkan azan agar tidak mengganggu pidato pada Memorial Day di bawah Tembok Barat. Kemudian pada waktu shalat Jum’at terakhir Ramadhan tanggal 7 Mei 2021, aparat Israel menembakkan granat kejut kedalam kompleks Masjidil Aqsho yang saat itu dihadiri sekitar 70.000 Jamaah yang menggelar ittikaf di bulan Ramadhan. Selanjutnya pada 10 Mei, pasukan Israel kembali menyerbu Al-Aqsha dan melukai 300 warga Palestina, 250 diantaranya harus dirawat, dan 7 orang kritis. Untuk itu, Pada 14 Mei seusai Shalat Jum’at, warga Palestina melakukan protes di lebih 200 lokasi di Tepi Barat, sehingga mengakibatkan unjuk rasa dari Warga dengan lemparan batu sedangkan Kolonial Israel membalas dengan tembakan tajam dan gas air mata yang menewaskan 11 warga Palestina. Setelah kejadian-kejadian itu, terjadi demonstrasi setiap hari, pada 16 Mei, total 13 warga palestina gurur dalam upaya mempertahankan Masjid Al-Aqsha yang terus menerus diupayakan Zionis untuk mengosongkannya dari orang-orang Palestina.
Setelah pecahnya Operasi Badai ini, keadaan mulai berbalik, selama empat hari sejak 7 Oktober 2023 tersebut setidaknya lebih dari 700 tentara dan warganya telah terbunuh dan akan terus bertambah. Hamas juga melakukan penyandraan tentara dan warga Israel, diantaranya adalah Mayor Jendral Israel Nimrod Aloni. Inilah respon yang diharapkan dari rakyat Palestina yang telah menghadapi kolonialis dan penindasan pemukim Israel selama beberapa dekade. Walaupun perlakuan buruk telah dialami oleh warga palestina selama ini, juru bicara Hamas Abu Ubaida mengatakan para tahanan ditahan di tempat-tempat yang aman dan terowongan-terowongan, para tawanan tersebut akan digunakan untuk pertukaran tawanan. Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh (Wafat: 31 Juli 2024) sebelummnya telah mengatakandalam pidatonya,
Wahai saudara-saudaraku, kami memperingatkan dunia tentang pemerintahan fasis (di Israel), yang telah membiarkan para pemukim dan perampas kekuasaan berkeliaran untuk menabur korupsi di Masjid Al-Aqsha di Al-Quds. Kami mengatakan kepada mereka, ‘jangan bermai api’. Kami memberitahu mereka, ‘jangan melewati garis merah’. Namun mere`ka menutup telinga dan menutup mata mereka (terhadap peringatan kami). Dan karena kesombonga dan kekurangajaran mereka, dalam beberapa hari terakhir, saat perayaan keagamaan yang jahat, mereka menyerbu Masjid Al-Aqsha. Mereka menghinakannya. Mereka menganiaya wanita-wanita kami. Mereka masuk dengan sepatu hingga mihrab dan mimbar (di dalam masjid).
Israel Frustasi atas kegagalannya melumpuhkan Hamas dan menguasai Jalur Gaza, kematian demi kematian terus menghadapi personelnya. Hingga akhir Februari 2024, total sudah 240 tentara Israel tewas dalam pertempuran darat di Gaza oleh Hamas, menurut versi resmi kolonialis Israel total keseluruhan personel penjajah yang tewas hampir mencapai 600. Abu Ubaida juga mengatakan, sebanyak 335 kendaraan tempur militer menadi sasaran empuk sejak 27 Oktober 2023.
Hingga perang memasuki tahun 2024, kolonialis Israel benar-benar terpuruk menghadapi keganasan perlawanan Al-Qosam dan para kelompok perlawanan lainnya (dari pihak Palestina), bahkan keinginan untuk menghancurkan Hamas, ternyata jauh dari kenystaan. Hal itu memaksa Netanyahu memutar strategi dengan fokus mengincar tokoh-tokoh petinggi Hamas di luar negeri, dengan demikian pada 2 Januari 2024, telah gugur wakil pemimpin Hamas Saleh Al-Arouri usai diserang drone di ibu kota Lebanon, Beirut. Dengan strategi yang sama, pemimpin Hamas Ismail Haniyeh gugur di Taheran, Iran pada 31 Juli 2024. Kekhawatiran Zionis Israel ini setidaknya terdapat empat alasan bagi pihak mereka,
1. Pembunuhan petinggi Hamas Ar-Rauri tidak akan melahirkan melahirkan respon balasan yang signifikan dari Hizbullah (Gerakan Palestina lain)
2. Kegagalan menaklukan Hamas selama 3 bulan telah merosotkan ekonomi Tel Aviv, sehingga energi penjajah mulai difokuskan untuk membunuh tokoh-tokoh Hamas
3. Netanyahu butuh klaim ‘kemenangan palsu’ dengan membunuh pemimpin Hamas
4. Upaya menarik Hamas keluas dan menguras energi peuh Hamas untuk melakukan
Sumber:
Karim, Abrar. 2024. Analisis Framing Berita Pengakuan Tiga Negara Eropa Terhadap Status Negara Palestina pada Media Siber Republika dan Kompas (Skripsi, Fakultas Dakwah, Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Mohammad Natsir: Bekasi). Hlm. 40-50
Komentar
Posting Komentar
Jika ada kesalahan, mohon agar diluruskan
Jika ada kritik/saran, silahkan diajukan
Harap tinggalkan Jejak dengan nmenyertakan apresiasi maupun komentar dan saran anda yang membangun. Agar memberi motivasi bagi kami dalam menegakkan syiar Islam, In Syaa Allah.
Barakallah, syukron telah berkunjung